Masjid Sudah Mentereng, setelah Itu Mau Apa?
Setiap kali solat Jum’at di Masjid atau Musholla sebelum Khotib naik mimbar pengurus Masjid/Musholla selalu menyampaikan program selama sepekan, pengeluaran belanja, total saldo keuangan, pastinya nominalnya bergam dari Masjid/Musholla satu dengan yang lainnya
Sudah lama ingin menulis tentang Masjid/Musholla. Tapi baru kali ini menemukan momentnya, setelah beberapa Masjid/Musholla sering kita kunjungan untuk keperluan Sholat di Kota Denpasar
Masjid/Musholla di Kota Denpasar punya satu kesamaan. Sama-sama bersih, indah dan nampak menawan. Pokoknya nyaman dipakai buat sholat.
Apalagi airnya melimpah kendati musim kemarau sengatan panasmya sangat terasa.
Di Bali ada beberapa masjid yang bisa jadi destinasi. hampir semua masjid dan Musholla nampak mempesona.
Hampir seluruh masjid di denpasar dan Badung mesjidnya begitu aduhai sedapnya dipandang mata,mempesona
Pesona itu bisa kelihatan dari pilihan warna yang mencolok, keramik indah memikat mata, karpet empuk yang sangat nyaman, kipas angin (bahkan ada yang pakai ac) yang dipasang, semuanya semakin menampakkan keindahan dan sekaligus kemegahan masjid.
Masyarakat kita sepertinya sedang terkena semacam “virus” untuk berlomba-lomba mempercantik penampilan masjid (semoga aja ini bagian dari fastabiqul khoirot). Sibuk mengerjakan “akreditasi” masjid yang komponen penilaian paling utama dan pertama adalah keindahan penampilan masjid.
Sekarang, seandainya saja semua masjid sudah nampak indah dan megah, lantas apa yang akan dilakukan?
Apakah akan berhenti pada sebatas mengurus “bungkus” masjid dan lupa akan “isi”nya?
Apakah hanya puas sebatas pada kas “gendut” masjid?
Kalau iya, ya sudah tidak apa-apa. Tapi kalau tidak, berarti ada hal lain yang jauh lebih penting dan lebih bermanfaat untuk diurus agar dampak masjid buat masyarakat lebih terasa? Terutama masyarakat dengan radius paling dekat.
Jika masjid itu adalah dirimu. Setelah pakaianmu bagus, busanamu indah, wajahmu cantik, penampilanmu menarik, terus kau mau apa dengan semua itu?
Apakah kau akan menjelma sebagai “manusia mewah” yang hanya bisa dijangkau oleh kalangan tertentu saja?
Apakah kau akan menjadi “manusia wisata” yang orang-orang datang mengunjungimu hanya untuk bersenang-senang?
Apakah kau akan menjadi “manusia pelayan” yang keberadaanmu untuk melayani dan menampung sesama?
Masjid Sudah Mentereng, setelah Itu Mau Apa???
Denpasar
25 Agustus
Oleh Pak Dirman